Tuesday, July 26, 2011
Ospek
Oleh : Candra Cahyapradhipta
Ospek, sebuah kata sederhana yang sangat sensitif dan selalu menimbulkan kontrovesi apabila dibahas di kampus FKM UNAIR. Satu kubu menginginkan ospek adalah sarana kemandirian mahasiswa dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat. Satu sisi, ospek adalah tempat pengkaderan dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat.
Jujur, bagi aku pribadi, ospek seharusnya memang digunakan sebagai tempat untuk pengenalan dunia yang akan ditekuni oleh mahasiswa baru. Selain itu juga, ospek seharusnya dijadikan ajang untuk melatih kemandirian mahasiswa, melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan sesama mahasiswa (baik sebaya maupun senior), dosen, maupun sosialisasi dengan masyarakat. Karena selepas lulus nanti, memang hal-hal seperti itulah yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Alangkah baiknya, jika ospek bukan dijadikan alat balas dendam, alat pengkaderan untuk pergantian tampuk kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa (BEM), ajang untuk menangis karena dipaksa (ESQ), atau sebagai ajang bersenang-senang.
Jika seluruh panitia sadar akan hal itu, maka panitia pasti akan memperbaiki jati diri ospek yang memang buruk dan tidak sempurna pada tahun-tahun sebelumnya agar para mahasiswa baru tidak merasakan hal yang sama dengan yang didapat senior mereka dan agar mereka dapat berkembang menjadi mahasiswa yang cerdas, kritis, dan mandiri.
Ospek, sebuah kata sederhana yang sangat sensitif dan selalu menimbulkan kontrovesi apabila dibahas di kampus FKM UNAIR. Satu kubu menginginkan ospek adalah sarana kemandirian mahasiswa dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat. Satu sisi, ospek adalah tempat pengkaderan dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat.
Jujur, bagi aku pribadi, ospek seharusnya memang digunakan sebagai tempat untuk pengenalan dunia yang akan ditekuni oleh mahasiswa baru. Selain itu juga, ospek seharusnya dijadikan ajang untuk melatih kemandirian mahasiswa, melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan sesama mahasiswa (baik sebaya maupun senior), dosen, maupun sosialisasi dengan masyarakat. Karena selepas lulus nanti, memang hal-hal seperti itulah yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Alangkah baiknya, jika ospek bukan dijadikan alat balas dendam, alat pengkaderan untuk pergantian tampuk kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa (BEM), ajang untuk menangis karena dipaksa (ESQ), atau sebagai ajang bersenang-senang.
Jika seluruh panitia sadar akan hal itu, maka panitia pasti akan memperbaiki jati diri ospek yang memang buruk dan tidak sempurna pada tahun-tahun sebelumnya agar para mahasiswa baru tidak merasakan hal yang sama dengan yang didapat senior mereka dan agar mereka dapat berkembang menjadi mahasiswa yang cerdas, kritis, dan mandiri.
Labels:
Indonesia Cerdas,
Indonesia Kritis
Friday, May 6, 2011
Violet Competition 3
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR) mengadakan kompetisi basket dan futsal bagi seluruh mahasiswa dari universitas region Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan yang bernama Violet Competition Serie ke 3 atau yang biasa disebut VCOM 3. Pendaftaran dibuka sejak 25 April. Buruan daftarin tim basket dan futsal kamu, dapatkan total hadiah sebesar Rp 6.000.000,00 plus trofi dan hadiah bagi supporter terbaik.
Untuk info lebih lanjut dapat di lihat dan ditanyakan di :
- Official blog VCOM 3 : vcomfkmunair.blogspot.com
- Official twitter VCOM 3 : @VCOM3
- CP : Yohan Ratih (085648828587) ; Akbar (089675799398)
Monday, January 3, 2011
Dualisme Liga
Oleh : Candra Cahyapradhipta
Berawal dari wacana kemunculan LPI yang akan didirikan Arifin Panigoro membuat banyak tim dari ISL maupun Divisi Utama Liga Indonesia menjadi berpaling muka. Hal ini seakan membuat PT. LI dan PSSI kebakaran jenggot. Mereka mulai menebar teror ke pengurusan LPI maupun ke tim-tim yang hendak bergabung kedalam LPI. Sederhana saja teror yang mereka sebarkan adalah dengan hendak melapor ke FIFA akan adanya liga ilegal yang disertai ancaman akan melarang bagi siapa saja pemain Indonesia yang membela tim LPI untuk membela timnas, ancaman akan mendeportasi pemain asing yang juga akan mengikuti LPI, pencabutan izin kerja wasit, dan juga pencabutan lisensi kepelatihan para pelatih yang melatih di LPI.
Mungkin sebelumnya kita harus refleksi diri dahulu ke belakang, "Apakah PSSI dan PT. LI telah menjamin keutuhan dan kebaikan ISL itu sendiri ?" , "Apakah mereka benar-benar tidak pernah melakukan tindakan ilegal yang melanggar aturan FIFA ?". Jika pertanyaan pertama dan kedua jawabannya adalah IYA, mereka pantas kebakaran jenggot akan lahirnya kompetisi baru dengan nama LPI.
VS
Namun, seperti yang kita tahu bahwa dua pertanyaan di atas jawabannya adalah BELUM untuk pertanyaan pertama dan TIDAK untuk pertanyaan kedua. Maklum bagi kompetisi yang baru berjalan beberapa tahun jika masih ada beberapa kekurangan. Tapi jika menyangkut masalah keuangan mungkin akan lain cerita bagi tim-tim yang akan berlabuh ke LPI karena selama mereka mengikuti ISL ataupun Divisi Utama, mereka hanya menjadi tim kecil yang miskin tanpa dibantu sokongan dana yang memadai sedangkan pihak LPI menjanjikan dukungan dana yang melimpah untuk tim-tim yang mengikuti kompetisinya. Selain itu juga pihak LPI menjanjikan mendatangkan pemain asing yang berkualitas untuk meramaikan kompetisi.
Selain masalah keuangan ada juga tim LPI yang membelot karena merasa dicurangi oleh PSSI maupun PT. LI, hal ini berkaca pada tim kebanggan arek Suroboyo, Persebaya yang merasa berkali-kali dicurangi dan ditindas oleh PSSI maupun PT. LI dengan alasan yang tidak masuk akal. Sebagai contoh adalah, ketika pertandingan Persik vs Persebaya yang harus sampai dibatalkan hingga berulang kali. Hal semacam ini seharusnya menjadikan kemenangan WO bagi Persebaya karena pihak Persik tidak dapat menyiapkan venue untuk bertanding. Namun yang terjadi justru sebaliknya, pihak PT. LI menganggap pihak Persebaya tidak serius dalam mengarungi ISL dan menghukum pihak-pihak yang terkait. Dan sekali lagi kebodohan dilakukan oleh PT. LI dengan menghukum Saleh Ismail Mukadar terkait dengan peristiwa tersebut. Padahal sudah jelas pada waktu peristiwa tersebut terjadi beliau sudah tidak menjabat menjadi manager Persebaya. Banyak yang menanyakan dasar dari keputusan ini karena sudah menjadi rahasia umum bahwa Persebaya maupun pengurusnya tidak pernah akur dengan PSSI.
Kebodohan kepengurusan PSSI tidak berhenti sampai disitu saja. PSSI maupun PT. LI mengancam akan melaporkan LPI ke FIFA dengan tuduhan melaksanakan kompetisi ilegal. Namun apakah mereka pernah berkaca karena sesungguhnya Ketua Umum PSSI sendiri adalah ilegal di mata hukum FIFA. Namun selama ini FIFA terus dibohongi oleh PSSI sehingga Nurdin Halid dapat terus bertahan di kursi kepemimpinan PSSI padahal sudah jelas peraturannya tentang tidak diperbolehkannya narapidana menjadi ketua umum federasi sepak bola nasional.
Alangkah inteleknya jika PSSI dan PT. LI tidak main ancam terhadap LPI maupun tim-timnya karena mereka sendiri juga belum sempurna. Mereka sendiri juga melanggar peraturan FIFA. Mungkin bagus jika mereka mau menggandeng LPI untuk bekerjasama karena akan terlihat lebih kompetitif dengan adanya dua liga. Bahkan mungkin bisa diadakan turnamen baru yang menggandeng tim dari dua kompetisi tersebut.
Labels:
Indonesia Kritis
Subscribe to:
Posts (Atom)