Oleh : Candra Cahyapradhipta
Ospek, sebuah kata sederhana yang sangat sensitif dan selalu menimbulkan kontrovesi apabila dibahas di kampus FKM UNAIR. Satu kubu menginginkan ospek adalah sarana kemandirian mahasiswa dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat. Satu sisi, ospek adalah tempat pengkaderan dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat.
Jujur, bagi aku pribadi, ospek seharusnya memang digunakan sebagai tempat untuk pengenalan dunia yang akan ditekuni oleh mahasiswa baru. Selain itu juga, ospek seharusnya dijadikan ajang untuk melatih kemandirian mahasiswa, melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan sesama mahasiswa (baik sebaya maupun senior), dosen, maupun sosialisasi dengan masyarakat. Karena selepas lulus nanti, memang hal-hal seperti itulah yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Alangkah baiknya, jika ospek bukan dijadikan alat balas dendam, alat pengkaderan untuk pergantian tampuk kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa (BEM), ajang untuk menangis karena dipaksa (ESQ), atau sebagai ajang bersenang-senang.
Jika seluruh panitia sadar akan hal itu, maka panitia pasti akan memperbaiki jati diri ospek yang memang buruk dan tidak sempurna pada tahun-tahun sebelumnya agar para mahasiswa baru tidak merasakan hal yang sama dengan yang didapat senior mereka dan agar mereka dapat berkembang menjadi mahasiswa yang cerdas, kritis, dan mandiri.
Ospek, sebuah kata sederhana yang sangat sensitif dan selalu menimbulkan kontrovesi apabila dibahas di kampus FKM UNAIR. Satu kubu menginginkan ospek adalah sarana kemandirian mahasiswa dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat. Satu sisi, ospek adalah tempat pengkaderan dan pengenalan terhadap dunia kesehatan masyarakat.
Jujur, bagi aku pribadi, ospek seharusnya memang digunakan sebagai tempat untuk pengenalan dunia yang akan ditekuni oleh mahasiswa baru. Selain itu juga, ospek seharusnya dijadikan ajang untuk melatih kemandirian mahasiswa, melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan sesama mahasiswa (baik sebaya maupun senior), dosen, maupun sosialisasi dengan masyarakat. Karena selepas lulus nanti, memang hal-hal seperti itulah yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Alangkah baiknya, jika ospek bukan dijadikan alat balas dendam, alat pengkaderan untuk pergantian tampuk kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa (BEM), ajang untuk menangis karena dipaksa (ESQ), atau sebagai ajang bersenang-senang.
Jika seluruh panitia sadar akan hal itu, maka panitia pasti akan memperbaiki jati diri ospek yang memang buruk dan tidak sempurna pada tahun-tahun sebelumnya agar para mahasiswa baru tidak merasakan hal yang sama dengan yang didapat senior mereka dan agar mereka dapat berkembang menjadi mahasiswa yang cerdas, kritis, dan mandiri.
0 comments:
Post a Comment